ELSINDO, DONGGALA- Pendekatan empati, keluarga, dan gotong royong menjadi roh utama Program Berani Pelita Hati yang dicanangkan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah di Desa Nupabomba, Kabupaten Donggala, Sabtu (20/12/2025).
Dalam sambutannya, Gubernur menyampaikan pesan menyentuh kepada para orang tua agar tidak merasa minder atau takut ketika anaknya mengalami stunting. Ia menegaskan bahwa stunting bukan aib, melainkan kondisi yang harus ditangani bersama.
“Kalau ada rakyat kita seperti itu, harus dibantu, bukan dijauhi. Jangan sampai pencanangan hari ini berhenti sampai di sini,” tegasnya.
Wakil Gubernur Sulawesi Tengah dr. Reny Lamadjido yang juga Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Provinsi Sulteng menegaskan peran strategis Tim Penggerak PKK sebagai ujung tombak penanganan stunting karena menjangkau hingga tingkat dasawisma.
“Struktur PKK memungkinkan intervensi by name, by address, by case. Ini yang membuat program berjalan nyata di lapangan,” jelas dr. Reny.
Ia memaparkan bahwa prevalensi stunting Sulawesi Tengah berdasarkan SSGI turun dari 27,1 persen pada 2023 menjadi 26,1 persen pada 2024. Sementara data EPPGBM 2025 menunjukkan angka sekitar 9,6 persen secara provinsi dan 19,6 persen di Kabupaten Donggala.
Sementara itu, Ketua TP PKK Provinsi Sulawesi Tengah Sry Nirwanti Bahasoan menjelaskan penggunaan stiker pink “Ayo Cegah Stunting” sebagai simbol kasih sayang dan kepedulian sosial, bukan stigma.
“Stiker ini menandai rumah anak stunting agar mendapat perhatian bersama. Akan dicabut setelah anak dinyatakan keluar dari kategori stunting,” jelasnya.
Wakil Bupati Donggala Taufik Burhan menambahkan bahwa prevalensi stunting di Donggala terus menurun signifikan hingga mencapai 17,1 persen, di bawah standar nasional 18,6 persen.
Kegiatan ini juga dirangkaikan dengan penyerahan bantuan pemanfaatan pekarangan untuk peningkatan asupan gizi keluarga sebagai bagian dari intervensi berkelanjutan Pemprov Sulawesi Tengah. (**)















