ELSINDO, PALU— Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulawesi Tengah, Irfan Sukarna, menyoroti fenomena anomali harga beras di wilayah tersebut.
Meski dikenal sebagai daerah produsen beras yang surplus, harga beras di pasar lokal justru mengalami tekanan dan sulit dikendalikan.
“Pasokan beras Sulteng banyak dialirkan ke daerah lain seperti Gorontalo, Sulawesi Utara, hingga Maluku Utara. Ini yang harus segera diatasi,” ungkap Irfan dalam Rapat Pengendalian Inflasi Daerah, Selasa (14/10).
Menurutnya, arus keluar beras secara masif menjadi penyebab utama tingginya harga di tingkat lokal. Karena itu, BI menyarankan agar kepala daerah mengambil langkah pembatasan sementara terhadap pengiriman beras ke luar wilayah Sulteng.
“Oktober ini masa panen, tinggal dijaga jangan sampai banyak keluar daerah,” ujarnya.
Irfan juga mendorong penerapan sejumlah langkah strategis seperti peningkatan frekuensi sidak pasar, pelaksanaan pasar murah, serta penguatan data neraca pangan untuk memperkuat pengendalian harga.
Menanggapi hal itu, Wagub Reny Lamadjido berjanji akan menggelar rapat lanjutan dengan empat daerah indikator inflasi yakni Kota Palu, Banggai, Morowali, dan Tolitoli guna merumuskan kebijakan terpadu.
“Kita harus menjaga agar pasokan cukup di dalam daerah, supaya harga stabil,” tegas Reny. (**)