Konsensus Berbangsa dan Bernegara Penting Bagi Kaum Milenial

ELSINDO, PALU- Para remaja atau kaum milenial diharapkan, semakin memahami konsensus berbangsa dan bernegara diantaranya, pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhineka Tunggal Ika, hal ini diharapkan dapat diaktualisasikan dalam aktivitas sosial remaja.

Demikian disampaikan Kepala Badan Kesbangpol Palu, Ansyar Sutiadi, di kegiatan penutupan Diklat Peningkatan Konsensus Berbangsa dan Bernegara, di Asrama Haji Transit Palu, Rabu, 17 Mei 2023.

“Untuk peserta pada kegiatan ini dari berbagai macam organisasi kepemudaan di Kota Palu. Perlu diketahui kegiatan ini merupakan salah satu pokok pikiran (pokir) anggota DPRD Palu, Rusman Ramli, kita berharap kerjasama seperti ini dapat terus berlanjut, kami dari Kesbangpol siap untuk berkolaborasi, untuk peningkatan kapasitas bagi remaja kita,” kata Ansyar.

Ansyar mengatakan, saat ini arus globalisasi sangat luar biasa, dengan teknologi yang sekarang ini begitu begitu berkembang.

“Kita ingin menguatkan pemahaman mereka, bahwa pancasila ini digali dari budaya dan agama. Kemudian Undang-Undang Dasar adalah sumber dari segala hukum, serta NKRI dan kebhinekaah kita harus kita jaga, sehingga mereka memiliki pemahaman yang baik dan mengaktualisasikan, apalagi ini mau dekat-dekat Pemilu,” jelasnya.

Kemarin, kata Ansyar, ada salah satu peserta mempertanyakan terkait politik identitas, menurutnya politik identitas itu tidak salah, yang salah itu mengunakan politik identitas dengan cara radikal, kekerasan, dan menghalalkan segala cara. Hal inilah yang dijelaskan agar para remaja ini memahami.

Sementara itu, Anggota DPRD Kota Palu, Rusman Ramli menyampaikan, ada empat dasar konsensus berbangsa dan bernegara yang saat ini kurang dipahami oleh generasi milenial yakni, Undang-undang dasar, Pancasila, NKRI dan Bhinneka tunggal ika.

“Kita ingin membumikan empat nilai-nilai konsensus berbangsa dan bernegara. Sebaba tantangan diera globalisasi ini sangatlah besar, sehingga pemahaman terkait konsensus ini perlu disuarakan secara terus menerus,” kata Rusman.

Rusman mengharapkan, para peserta nantinya dapat menjadi agen-agen perdamaian, untuk terus menyuarakan nilai-nilai konsensus berbangsa dan bernegara.

“Mereka yang hadir ini nantinya diharapkan dapat menjadi agen yang mampu memproteksi nilai-nilai konsensus berbangsa dan bernegara, di tengah era globalisasi. Sebab, perbedaan adalah sebuah keniscayaan,” pungkasnya.

Rusman mengungkapkan, masuknya ideologi asing dan paham liberalisme yang mengikis nilai-nilai kebangsaan yang dimiliki anak negeri, intoleransi dan menurunnya kesadaran berbangsa dan bernegara, merupakan tantangan besar yang juga harus dihadapi. (*/AM)