Masihkah Membaca Relevan di Era Teknologi?

Asrianti, S.Pd.,M.Pd Dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Tadulako. (FOTO: ISTIMEWA)

DIERA DIGITAL SAAT INI, teknologi telah menjadi kekuatan yang mendominasi hampir setiap aspek kehidupan manusia. Kemudahan dan efisiensi yang ditawarkan oleh perangkat digital, internet, dan aplikasi mobile telah mengubah cara kita bekerja, belajar, dan berinteraksi. Meskipun membawa banyak manfaat, kemajuan teknologi juga membawa tantangan bagi aktivitas literasi, terutama membaca buku, yang kini kurang diminati dibandingkan dengan hiburan digital lainnya.

Dulu, membaca buku adalah kegiatan yang mendominasi waktu luang manusia. Namun, dengan berkembangnya teknologi, buku semakin tergeser oleh hiburan digital seperti media sosial, streaming video, dan game online. Faktor-faktor seperti aksesibilitas yang mudah, konten yang menarik secara visual, dan interaktivitas yang tinggi telah membuat hiburan digital menjadi pilihan yang lebih menarik bagi banyak orang.

Meskipun teknologi memberikan akses yang tak terbatas mengenai informasi dan hiburan. Namun, nilai dalam aktivitas membaca buku juga tak dapat diremehkan. Hal ini karena dampak jangka panjang yang didapatkan adalah dapat membentuk keterampilan berpikir ktritis dan karakter yang berkontribusi pada pencapaian masa depan yang lebih baik.

Membaca buku bukan hanya sekadar mengonsumsi informasi melainkan melibatkan proses mental yang dalam dan reflektif. Ketika seseorang membaca buku, ia harus melakukan analisis, evaluasi, dan sintesis terhadap informasi yang disajikan. Proses ini melatih keterampilan berpikir kritis, membantu seseorang untuk mengembangkan kemampuan dalam menafsirkan, memahami, dan merespons berbagai ide dan konsep.

Selain itu, membaca buku juga memiliki dampak yang mendalam pada pembentukan karakter seseorang. Buku sering kali mengangkat tema-tema moral, etika, dan nilai-nilai hidup yang mendorong pembaca untuk merenungkan tentang prinsip-prinsip yang mereka pegang teguh. Dengan menjelajahi cerita, pengalaman, dan pandangan hidup yang beragam dalam buku, seseorang dapat mengembangkan empati, toleransi, dan pemahaman yang lebih baik tentang dunia di sekitarnya.

Dengan demikian, membaca buku bukan hanya tentang memperoleh pengetahuan, tetapi juga tentang membentuk karakter, sikap, dan pandangan hidup seseorang. Ini memiliki dampak yang jauh lebih besar daripada sekadar mengisi waktu luang; ini adalah investasi dalam pembentukan diri yang akan membawa manfaat jangka panjang bagi masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu, kita tidak boleh meremehkan nilai dari membaca buku, bahkan di tengah kemajuan teknologi yang pesat.

Membaca buku memiliki nilai yang tak tergantikan. Dalam buku, kita dapat menemukan kebijaksanaan yang telah diuji oleh waktu, mengeksplorasi pemikiran orang lain, dan memperdalam pemahaman kita tentang dunia. Oleh karena itu, perlu keseimbangan antara teknologi dan literasi menjadi kunci untuk memanfaatkan kemajuan teknologi tanpa kehilangan manfaat yang ditawarkan oleh aktivitas membaca buku. Dengan cara ini, kita dapat mencapai keseimbangan yang sehat antara kehidupan digital dan kehidupan literasi, memperkaya diri kita secara holistik dan meningkatkan kualitas hidup kita secara keseluruhan.

Melalui Hari Buku, mari kita rayakan keindahan dan keajaiban membaca, serta menghargai kekuatan yang terkandung dalam halaman-halaman buku. Semoga momen ini menginspirasi kita semua untuk terus menjelajahi dunia dan membawa manfaat yang tak terbatas bagi kehidupan kita. Tahun ini, Hari Buku Nasional genap berusia 22 tahun. Sejak diperingati pertama kali pada tanggal 17 Mei 2002, mari kita jadikan momen penting untuk menghargai keberadaan buku dan mempromosikan kegiatan membaca di kalangan masyarakat Indonesia.

Selama 22 tahun, perayaan ini telah menjadi waktu yang penting bagi para pembaca, penulis, penerbit, dan pelaku industri buku lainnya untuk merayakan keberagaman karya-karya yang telah dibuat serta mendorong minat baca di seluruh negeri.

Tentunya, pada momen yang berharga ini digunakan sebagai bahan untuk merefleksi dan menghargai peran buku dalam kehidupan. Dengan merefleksikan makna membaca, peran buku serta masa depan literasi, kita dapat lebih memahami pentingnya membaca dan terus mendukung budaya literasi di sekitar kita. Buku dan teknologi bersatu dalam harmoni, menjembatani masa lalu dan masa depan dalam satu genggaman. (Asrianti, S.Pd.,M.Pd Dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Tadulako)