Opini  

Menyongsong Keadilan di Masa Mendatang

Sumber Gambar: Psychologymania.com

Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil*

KEADILAN senantiasa didamba untuk dapat terwujud. Kelalaian, kelemahan serta berbagai keterbatasan manusia sering kali kian terasa dalam menjalani kehidupan yang penuh dinamika. Terlebih keinginan yang kadang muncul diiringi berbagai di sekitar. Keadilan dirasa sulit direngkuh.

Kerakusan hawa nafsu, ditambah kebodohan yang melekat pada diri menjadikannya semakin kering dan pada saat bersamaan rasa kerinduan pada keadilan kian bersemayam dan menjadi cita-cita besar kehidupan. Pada saat itu, harapan akan keadilan menjadi kian kokoh bahkan dari bayangan ketidaktahuan, keraguan bahkan keputusasaan.

Jadilah pesan-pesan mulia antar sesama sebagai hal yang berharga. Kritik membangun, memberi semangat menjadi kesegaran bagi kondisi kering yang dialami. Memaafkan, berusaha memperbaiki di antara langkah menuju kesegeraan dalam kebaikan. Membuka diri dan dada yang lapang penuh kesabaran serta senantiasa menitinya dalam kebenaran.

Perlakuan orang, terkhusus terhadap hak pribadi, yang senantiasa dicari bahkan dibuat celah untuk membenarkan perilaku culas dan jauh dari keadilan melahirkan perasaan semakin dandrung pada keadilan. Namun satu hal yang pasti, kesempurnaan balasan terhadap setiap perbuatan manusia adalah pada Hari Kimata kelak. Lagi-lagi, berbagai usaha termasuk perwujudan keadilan merupakan bagian dari amal yang hasilnya akan didapat secara sempurna di akhirat kelak.

Selama di dunia, bagi seorang hamba yang menginginkan kebaikan maka dia harus mengusahakannya. Namun, seorang hamba yang beriman tidak akan menyandarkan keinginannya tersebut sepenuhnya pada kemampuannya. Ia akan mengutamakan Allah dalam usahanya sebagai bentuk tawakkal yang sesungguhnya dengan menyandarkan keinginannya tersebut kepada Allah (“Allahu ash-Shomad”: Qur’an Surat al-Ikhlas Ayat 2).

Setiap langkah akan diperhitungkan sebagai jerih payah di sisi Allah. Maka, sudah barang tentu beramal salih adalah suatu pilihan langkah terbaik berupa taqwa. Maka harapan utama yang perlu dibangun dan senantiasa dijaga adalah harapan yang mengarah ke akhirat sebagai kehidupan sesungguhnya serta abadi selama-selamanya, “Allahu a’lam.”

*Penulis Lepas Lintas Jogja-Sumatera