ELSINDO, SIGI– Pemerintah Kecamatan Lindu kembali menggelar acara Natal Budaya Ke-3 sekaligus memperingati Hari Ulang Tahun Desa Olu ke-12, yang berlangsung meriah dan penuh makna, Sabtu, 14 Desember 2024. Kegiatan ini sekaligus menjadi simbol pelestarian nilai-nilai tradisional dan penguatan kerukunan masyarakat di Kabupaten Sigi.
Acara ini dihadiri oleh Bupati Sigi, Mohammad Irwan, yang didampingi Wakil Bupati, Anggota DPRD Sigi Dapil 3, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Camat Lindu, tokoh agama, Ketua Majelis Badan, Ketua Lembaga Adat Desa Aolu, serta sejumlah pejabat lainnya.
Perayaan tersebut diramaikan dengan berbagai lomba budaya dan prosesi makan adat sebagai wujud penghormatan terhadap kekayaan budaya masyarakat setempat.

Dalam sambutannya, Bupati Sigi, Mohammad Irwan, menggarisbawahi pentingnya moderasi beragama dalam kehidupan bermasyarakat. Ia menilai bahwa keberagaman yang dimiliki Kabupaten Sigi, terutama dalam konteks Natal dan budaya lokal, merupakan aset yang harus dijaga dan dirayakan bersama.
“Sigi adalah tempat di mana berbagai agama dan budaya hidup berdampingan dengan harmonis. Melalui acara seperti ini, kita dapat terus memperkuat kerukunan dan toleransi antar umat beragama,” ujar Bupati Irwan.
Ia juga menekankan bahwa acara tersebut bukan sekadar perayaan tahunan, tetapi menjadi sarana untuk mempererat persatuan dan kesatuan masyarakat lintas budaya dan agama. Bupati berharap kegiatan ini dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam membangun kebersamaan dan menjunjung tinggi nilai persaudaraan.
Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh masyarakat, pendeta, opsir, dan pemuka agama yang ikut serta dalam merayakan momen kebersamaan tersebut. Kehadiran para tokoh adat dan masyarakat dari berbagai latar belakang semakin mengukuhkan semangat keberagaman dan toleransi yang menjadi ciri khas Kabupaten Sigi.
Pelaksanaan Natal Budaya dan HUT Desa Olu ke-12 ini menjadi bukti nyata komitmen Pemerintah Kabupaten Sigi dalam mendukung pelestarian budaya lokal sekaligus memperkuat kerukunan antarumat beragama. Kegiatan ini diharapkan dapat terus berlanjut dan menjadi tradisi yang memperkuat jati diri masyarakat Sigi sebagai simbol keberagaman dan persatuan.(**)