ELSINDO PALU- Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama RI, H. Subhan Cholid mengungkapkan, tahun ini Kemenag lebih intens dengan semua pihak di Arab Saudi, baik kepolisian dan pemilik perusahaan angkutan, dengan betul-betul melakukan mitigasi.
“Kami betul-betul memitigasi transportasi ini, sehingga dijauh-jauh hari kami sudah menyiapkan plan-plan (rencana) apabila terjadi situasi seperti di tahun kemarin, semoga di tahun ini bisa berjalan dengan lancar,” kata Subhan, usai membawakan materi di kegiatan Jamarah, yang diadakan oleh Kanwil Kemenag Sulteng, di salah satu Hotel di Palu, Sabtu, 10 Februari 2024.
Subhan mengatakan, di situasi saat itu di Muzdalifah memang kegiatanya semuanya sama, semua jemaah berbondong-bondong melakukan kegiatan yang sama, tentu potensi-potensi itu pasti ada. Olehnya itu mitigasi lebih awal ini akan menjadi sangat penting.
“Tentu saja kita terus ke lapangan untuk menyampaikan kepada calon jemaah, agar mempersiapkan diri apabila terjadi situasi yang seperti itu, jemaah sudah mempersiapkan diri,” jelasnya.
Menurut Subhan, terkait BUS pemerintah Indonesia memilih usia BUSnya paling tua 5 tahun, meskipun ketentuan Arab Saudi paling tua 10 tahun, karena memang populasinya tidak cukup untuk 5 tahun saja.
“Tetapi khusus untuk Indonesia kita pilih yang 5 tahun, kita tidak ambil BUS yang 6 tahun keatas, meskipun ada selesih yang kita bayar, tetapi demi kenyamanan jemaah kita memilih paling tua BUS itu 5 tahun,” ungkapnya.
Subhan mengatakan, salah satu mitigasi yang dilakukan yakni, pihak Naqabah atau semacam Organdanya Arab Saudi, mengatur pengemudi dengan jumlah putaran.
“Tentunya dengan diaturnya putaran itu dapat mengatur stamina juga, jadi si pengemudi A itu kebagian katakan 10 putaran, sejak dari Mekkah, Arafah, Muzdalifah, Mina, dengan bukti masing-masing stempel maktab,” katanya.
Kata Subhan, dalam situasi tertentu kemarin-kemarin itu tidak ada plan, artinya yang 10 putaran itu sudah selesai, tidak ada lagi tambahan 11 atau 13 putaran, sehingga kalau sudah 10 putaran pengemudi itu anggap tugasnya sudah selesai.
“Jadi tahun ini mitigasinya kami sudah sepakati dengan para Syarikah, pengemudi itu harus standby sampai selesai, kalau misalnya 10 putaran tugasnya selesai, pengemudi itu harus standby, setiap saat diperlukan BUS itu harus berangkat,” jelasnya.
Kejadian di tahun kemarin, kata Subhan, masalahnya adalah pengemudi yang sudah selesaikan tugasnya, dia juga menyelesaikan ibadahnya, sehingga ada BUS tapi supirnya tidak ada, karena dia menganggap tugasnya sudah selesai.
“Memang pengemudi itu tidak salah karena tugasnya sudah selesai, tetapi dalam keadaan darurat kita tahan sampai betul-betul aman,” pungkasnya.
Subhan menegaskan, yang terpenting dalam haji tahun ini, diutamakan adalah kenyamanan jemaah saat melaksakan ibadah haji di tanah suci Mekkah. (del)