Perpustakaan Sulteng Butuh Perbaikan, Dari Kursi Reyot hingga Toilet Rusak

Kadispusaka Sulteng, Muh. Idham Khalid, S.Sos., M.A.P., saat memperlihatkan kondisi perpustakaan Sulteng. (FOTO: FADEL)

ELSINDO, PALU– Kondisi sarana dan prasarana (sapras) di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusaka) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) kini memprihatinkan. Mulai dari meja, kursi, rak buku, pendingin ruangan (AC), hingga fasilitas toilet, sebagian besar sudah tidak layak dan jauh dari standar perpustakaan modern.

Banyak perabotan di ruang baca yang sudah usang, bahkan ada yang diperbaiki seadanya dengan lakban. Sebagian besar merupakan pengadaan puluhan tahun lalu. Lantai sejumlah ruangan pun mulai terangkat dan mengeluarkan bunyi saat diinjak, sementara pencahayaan redup membuat suasana ruang baca terasa suram.

Koleksi buku yang tersedia juga didominasi terbitan lama sehingga kurang menarik minat baca pengunjung. Lebih memprihatinkan lagi, kondisi toilet banyak yang rusak, pintu lepas, air tersumbat, hingga aroma tidak sedap. Alih-alih nyaman, suasana di kantor yang beralamat di Jalan Banteng No. 6 Palu itu terkesan gersang tanpa taman dan jauh dari fungsi rekreasi sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dispusaka Sulteng, Muh. Idham Khalid, S.Sos., M.A.P., mengakui pihaknya sudah dua kali mengajukan perbaikan sarana ke pemerintah provinsi, namun hingga kini belum ada tanggapan.

“Kita sudah pernah ajukan, bahkan dua kali, tapi sampai saat ini belum ada tanggapan. Mungkin karena tidak ada anggaran untuk itu,” ujarnya, Kamis, 11 September 2025.

Meski demikian, Idham berharap di bawah kepemimpinan Gubernur Anwar Hafid dan Wakil Gubernur Reny Lamadjido dengan program “Berani Cerdas”, perhatian lebih bisa diberikan untuk pengembangan perpustakaan.

“Untuk meningkatkan daya baca masyarakat, perlu fasilitas yang nyaman dan beragam. Itulah harapan kami kepada bapak gubernur dan ibu wakil gubernur. Jikapun anggaran terbatas, minimal setiap tahun ada progres perbaikan agar pelayanan lebih baik,” tambahnya.

Idham juga menegaskan pentingnya literasi, bukan hanya sebagai kebutuhan intelektual, tetapi juga kewajiban spiritual.

“Sebagai umat Islam, membaca adalah hal wajib, bahkan itu perintah Allah SWT. Ayat pertama yang turun adalah perintah membaca. Jadi ini perkara penting yang semestinya mendapat perhatian serius dari pemerintah,” tegasnya.

Dengan kondisi saat ini, Dispusaka Sulteng masih jauh dari ideal sebagai ruang belajar sekaligus rekreasi literasi masyarakat. Dukungan anggaran untuk perbaikan sarana pun menjadi harapan besar agar budaya membaca di Sulteng dapat tumbuh lebih kuat. (**)