Daerah  

Biosaka diperkenalkan di Morut

ELSINDO, MORUT– Bupati Morowali Utara Delis J. Hehi bersama sekitar 500 warga yang terdiri atas petani, siswa SMP dan SMU, aparatur sipil negara (ASN) dan para penyuluh pertanian se-Kabupaten Morowali Utara menggelar acara pembuatan biosaka secara massal di Desa Tiu, Kecamatan Petasia Batat, Senin, 6 Maret 2023.

Pada acara yang dihadiri Staf Khusus Menteri Pertanian Yesiah Ery Tamalagi ini, ratusan warga berjejer di depan meja panjang yang dipasang di dua sisi jalan sepanjang sekitar 150 meter.

Di depan mereka masing-masing terdapat sebuah wadah plastik yang menampung air sekitar tiga liter dan lima jenis tumbuhan yang merupakan bahan pembuat biosaka.

Dengan dikomandoi oleh Bupati Morut dan Ketua Tim Penggerak PKK Febriyanthi Hongkiriwang, seluruh peserta secara serentak meremas-remas tumbuhan tersebut di dalam air selama sekitar lima menit. Setelah itu air hasil remasan tumbuhan rerumputan tersebut disaring dan diisi di dalam sebuah botol plastik.

“Cairan inilah yang disebut biosaka, yang akan disemprotkan ke tanaman apa saja, termasuk bunga. Kalau untuk tanaman jagung atau padi, penyemprotan dilakukan tujuh kali dalam satu siklus panen,” ujar seorang penyuluh memberi penjelasan.

Biosaka adalah akronim dari biologi (bio) dan saka (baca:soko) alam artinya dari alam kembali ke alam. Cairan hasil remasan lima jenis rumput hijau itu bermanfaat untuk melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit serta mampu menekan penggunaan pupuk kimia antara 50 sampai 90 persen.

Bupati Morowali Utara Delis J. Hehi mengatakan bahwa biosaka paling tidak memiliki dua keuntungan yakni mengajar masyarakat untuk menggunakan bahan-bahan alami yang banyak tersedia di lingkungan masing-masing untuk meningkatkan produksi pertanian.

Manfaat lainnya adalah menggunakan biosaka akan menekan biaya produksi sehingga meningkatkan keuntungan petani. Selain itu, produksi pertanian akan menghasilkan produk-produk organik yang menyehatkan konsumen karena tidak banyak menggunakan bahan kimia dalam proses budidaya.

Benyamin, seorang petani dari Desa Tiu berterima kasih kepada Pemkab Morut yang melakukan terobosan seperti ini guna membantu masyarakat meningkatkan budidaya pertanian.

“Tapi karena barang ini masih baru bagi kami, kami harap ada sosialisasi yang lebih mendalam mengenai cara pembuatan biosaka dan teknis penggunannya,” ujarnya.

Hal yang sama dikemukakan Tigris Mbatudu dari Desa Togo Mulya yang berharap Dinas Pertanian Morut mengampanyekan lebih intens ke masyarakat karena biosaka ini akan sangat membantu petani karena mudah didapatkan bahan-bahannya, sederhana pembuatannya karena tidak menggunakan mesin dan mudah penggunaannya.(**)