ELSINDO, PALU– Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 Hijriah yang dilaksanakan di Masjid Al-Hidayah Kompleks BTN Jingga Land II Kelurahan Petobo, Kota Palu, menjadi momentum penting refleksi untuk mengokohkan persaudaraan antar sesama manusia, menuju kehidupan yang berkelanjutan.
Antusias umat Islam khususnya warga di lingkungan RW II Kelurahan Petobo, tokoh agama, tokoh perempuan, tokoh adat serta ketua – ketua RT, dan majelis ta’lim, menghadiri perayaan maulid tersebut, menjadi simbol semangat kebersamaan meneladani akhlak Nabi.
Anggota DPR-RI Drs H Longki Djanggola M.SI, Ketua LPPM UIN Datokarama Doktor Sahran Raden, dan Ketua HIDMI Kota Palu Muh Yusuf Khalid M.Sos.I, turut membersamai warga dalam acara Maulid Nabi Muhammad SAW di masjid tersebut, Minggu, 14 September 2025 malam.
Nabi Muhammad SAW adalah seorang pemimpin yang penuh kasih. Beliau tidak pernah membalas keburukan dengan keburukan, melainkan dengan kebaikan. Ketika dihina, beliau tersenyum. Ketika disakiti, beliau mendoakan. Ketika ditolak oleh kaumnya, beliau tetap menghadirkan rahmat. Tak berlebihan bila Al-Qur’an menyebut beliau sebagai rahmatan lil ‘ālamīn — rahmat bagi seluruh alam.
Maka Maulid adalah ruang untuk menyalakan kembali ingatan kita akan kasih sayang itu. Agar dalam rumah tangga kita menebar kelembutan, dalam masyarakat kita menumbuhkan persaudaraan, dan dalam bangsa kita membangun persatuan.
Ada satu hal yang tak bisa kita lupakan pada kesempatan ini: tujuh tahun sudah bencana likuefaksi melanda Petobo. Kita semua menjadi saksi, tanah yang selama ini kita pijak tiba-tiba berguncang, bergerak, dan menelan apa saja yang ada di atasnya. Banyak saudara kita kehilangan rumah, kehilangan harta, bahkan kehilangan keluarga tercinta. Luka itu dalam, dan hingga kini masih meninggalkan jejak dalam ingatan kita.
Namun, sebagaimana Nabi SAW mengajarkan, setiap musibah adalah ladang latihan kesabaran. Setiap ujian adalah kunci pintu-pintu harapan. Dari bencana, kita diajak untuk merenungi keterbatasan manusia dan kebesaran Allah SWT. Dari kehilangan, kita diajak untuk menumbuhkan solidaritas dan kepedulian.
Petobo adalah saksi bahwa bencana bisa meruntuhkan apa saja, tetapi tidak boleh meruntuhkan tekad kita. Di tanah yang sama, di kompleks perumahan Jingga Land ini, kita buktikan bahwa kehidupan terus berjalan, bahwa semangat untuk bangkit tidak boleh padam. Dan justru di sinilah Maulid Nabi SAW menemukan relevansinya: kita diajak untuk meneladani kesabaran beliau, keteguhan beliau, dan keyakinan beliau bahwa setelah kesulitan selalu ada kemudahan.
Semoga perayaan Maulid ini menambah kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW, menambah kekuatan kita untuk menghadapi segala cobaan, dan menumbuhkan persaudaraan di tengah masyarakat. Mari kita bangun kembali Petobo dengan semangat kebersamaan, dengan cinta kasih, dan dengan keteladanan Nabi SAW yang abadi.(**)