Kolaborasi Instansi Penting, Tangani Penyakit Demam Keong di Poso-Sigi

BERIKAN KETERANGAN- Kadinkes Sulteng, dr. I Komang Adi Sujendra, saat berikan keterangan terkait kasus demam keong, di ruang kerjanya, belum lama ini. /FOTO:IST

ELSINDO, PALU- Upaya pengendalian Schistosomiasis di Provinsi Sulawesi Tengah, telah di mulai sejak tahun 1982. Dimana saat itu sudah dilaksanakan pemeriksanaan Massal bagi penduduk di dataran tinggi Napu, Lindu dan Bada.

“Pada tahun 1986 kerjasama lintas sektor telah bentuk dan digalakan fungsi dan peran masing-masing antar lain. Khusus Dinas Kesehatan melaksanakan pengobatan pada manusia, Dinas Peternakan berupaya mengendalikan pengobatan terhadap Hewan Ternak, sebagai Reservoar atau perantara dari telur cacing schistosomiasis antara lain, kerbau, sapi, babi,” ujar dr. I Komang, di ruang kerjanya, Selasa, 7 Februari 2023.

Sementara itu, kata I Komang, Dinas PU pengairan bertanggung jawab terhadap pengairan sawah, yang tidak berfungsi yang bisa menjadi fokus keong, dan OPD terkait lainya.

I Komang mengatakan, road map penanggulangan terakhir di buat Tahun 2017 hingga 2021, dimana peran Dinas Kesehatan melakasanakan kegiatan diantaranya penyemprotan fokus keong, pengendalian lingkungan, pemeriksaan tinja penduduk di 28 desa lokus.

“Pengobatan massal di 28 Desa termasuk Lemba Bada, Napu dan Lindu, dan yang menjadi Leading Sektor adalah Bappeda, dengan harapan semua OPD terkait dapat berkolaborasi dan bersinergi dalam pembarantasan Schistosomiasis, termasuk Dinas Pertanian, bahkan PUPR,” jelasnya.

I Komang mengatakan, penyakit ini bukan hanya berkembang pada tubuh manusia, tetapi juga dari hewan mamalia, karena penyakit ini tumbuh dari linkungan juga.

“Saat ini telah dilaksanakan pengobatan penyakit Schistosomiasis atau demam keong, di dua Kabupaten yakni Poso dan Sigi,” ujarnya.

Menurutnya, untuk obat di Sigi dan Poso, merupakan lokus Schistosomiasis, bahkan saat ini telah disiapkan melalui Kementerian Kesehatan, melalui WHO sebanyak 4.000 butir tabletz dengan distribusikan ke Kab. Poso Lemba Napu, sebanyak 3.000 butir tablet.

“Untuk Kab. Sigi di Lindu sebanyak 500 butir tablet, dengan sisa stok saat ini 500 butir tablet disimpan di Laboratorium Schistosomiasis Napu,” jelasnya.

Sementara itu, kata dr I Komang, untuk di Kabupaten Poso di rencanakan pelaksanaan pengobatan pada Selasa dini hari, sebab pada Senin kemarin baru pelaksanaan verifikasi data pasien selektif.

“Adapun lokasi pengobatan penyakit demam keong yakni, di Puskesmas Wuasa dan Puskesmas Maholo Kab. Poso,” katanya.

dr. I Komang mengatakan, Tim Dinkes provinsi telah berkoordinasi dengan pihak yang bertanggungjawab di Napu, sehingga mereka telah mempersiapkan mekanisme pengobatan di layanan Peskesmas sesuai penderita yang ada di Poso dan Sigi.

“Penyakit Schistosomiasis atau biasa demam keong ini, penyakit yang tumbuh terkait dengan lingkungan, asalnya itu dari cacing paraist yang hidup di air tawar, dan bisa berkembang biak di tubuh manusia maupun mamalia hewan,” ujarnya.

Kata dia, knfeksi di daerah endemis ini sering terjadi anak usia sekolah, petani dan penangkap ikan. Schistosomiasis disebut sebagai Demam Keong, karena bentuk infektif cacing ini dikenal dengan serkaria yang muncul dari siput.

“Ketika kulit manusia masuk ke dalam air, mereka dapat terinfeksi larva parasit ini,” ungkapnya.

Olehnya itu, kata Dokter Spesialis Penyakit Dalam itu, unrtuk penanganan penyakit ini perlu kerjasama atau kolaborasi antar beberapa pihak mulai dari Dinkes, Dinas Pertanian, Peternakan, dan PUPR , PMD, dan OPD terkait lainya.

“Kami berharap masyarakat menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), serta tidak buang air besar sembarangan. Hal ini dapat kita lakukan bersama dengan membersihkan lingkungan, kita juga perlu membasmi tikus karena dari situ juga penyakit itu berasal,” katanya.

Memang, kata dr. I Komang, peningkatan kasus Demam Keong signifikan di Kabupaten Poso dan Sigi setahun terakhir. Terdapat peningkatan kasus dari 0,22 persen menjadi 1,4 persen. (*/AH)