PROF DJAYANI BLAK-BLAKAN: Sempat ‘Dipandang Sebelah Mata’, Kini Nahkoda Senat Untad

PROF H DJAYANI NURDIN

ELSINDO, PALU- Senat Universitas Tadulako (Untad) kini memiliki nahkoda baru. Prof. Dr. H. Djayani Nurdin, SE, M.Si, terpilih menjadi pucuk pimpinan Senat Untad pada 3/5/2023.

Prof Djayani terpilih melalui Rapat Senat Luar Biasa sebagai pengganti antar waktu (PAW) Periode 2019-2023. Ia menggantikan Prof. Dr. Ir. H. Muh Basir Cyio SE MS, yang terdepak karena mendapat sanksi berat dari Kemendibudristek RI.

Dijelaskan Prof Djayani, dalam peraturan senat Untad mengamanatkan status keanggotaan dapat dibatalkan jika mendapat sanksi sedang atau berat. Hal inilah membuat Prof Basir harus berbesar hati meninggalkan kursi empuk Ketua Senat Untad.

Masa jabatan Prof Basir sebagai Ketua Senat Untad seyogianya berakhir pada Juli 2023 mendatang. Karena adanya kekosongan sehingga dilaksanakan Rapat Senat Luar Biasa dengan agenda tunggal memilih ketua baru.

“Alhamdulillah, proses jalannya rapat senat sangat cair dengan penuh kekeluargaan. Jadi tidak ada pemilihan (voting), saya ditunjuk secara aklamasi oleh anggota Senat Untad,” beber Prof Djayani, Kamis, (4/5/2023).

Prof Djayani sendiri mengaku sedikit terkejut mendapat dukungan penuh menjadi nahkoda Senat Untad. Sebab selama ini, ia merasa dalam sejumlah kesempatan sempat mendapat ‘jarak’ dari beberapa pihak yang tidak sepaham atas perjuangannya mengungkap dugaan korupsi melalui lembaga KPK Untad.

Kondisi tersebut membuatnya sempat dipandang sebelah mata karena dinilai sebagian pihak mengada-ada. Telah menjadi konsumsi publik pula, Prof Djayani memang kerap bersebrangan dengan Prof Basir. Ini setidaknya memuncak dalam dua tahun terakhir.

Namun demikian, Prof Djayani merasa tidak memiliki masalah pribadi dengan Prof Basir. Bahkan bentuk penghormatan tertingginya kepada Prof Basir, Prof Djayani mengaku rela mengundurkan diri pada pemilihan Ketua Senat Untad Periode 2019-2023 pada pertengahan Juli 2019 lalu.

“Ketua Senat-kan harus dipilih, kalau tidak terpilih sama dengan mempermalukan mantan Rektor kita. Makanya saat itu saya merasa daripada beliau dipermalukan, saya putuskan mundur,” kenang Prof Djayani.

Dia melanjutkan, dengan amanah yang diemban saat ini sebagai PAW sekitar dua bulan, Prof Djayani akan fokus menuntaskan statuta Untad yang akan disesuaikan dengan OTK (Organisasi Tata Kerja) baru.

Statuta Untad merupakan peraturan dasar pengelolaan perguruan tinggi yang digunakan sebagai landasan penyusunan peraturan dan prosedur operasional di lingkungan Uiversitas Tadulako.

“Sebenarnya tugas ini berat karena kita harus rampungkan statuta. OTK Untad yang baru sudah mau selesai, tinggal satu tahap, yaitu harmonisasi. Jadi statuta Untad harus disesuaikan dengan OTK baru. Olehnya saya mengajak anggota Senat Untad untuk bekerjasama,” tuturnya.

Bersama Dr Nawawi, yang terpilih sebagai Sekretaris Senat, Prof Djayani juga akan fokus untuk membangun kebersamaan antara sesama anggota senat Untad yang berjumlah sekitar 85 orang. Ini salah satunya dilakukan melalui hal sederhana yaitu membentuk WA group.

“WA group sebelumnya sudah dibubarkan, ini mau kami buat yang baru,” pungkas Ketua Senat. (CHL)